Minggu, Juli 24, 2011

catatan usangku

ada rasa yang begitu merejam.
menusuk hingga menggetarkan jiwa.
aku hanya bisa tertunduk
inginku lari sekuat mungkin untuk pergi dari kenyataan ini

tak bisa ku bendung butiran air mata ini.
ada gores luka yang begitu menyayat hati
dalam rapuh ku coba untuk terus berjalan.
melangkah mencari setitik cahaya terang

biarlah semua ini ku simpan di catatan usangku
tersimpan rapat dalam hati yang terdalam.
biarkan bibir ini menutup semua rapat-rapat
dalam asa ku titipkan rinduku lewat angin mlam.

dalam rapuh ku tetap berharap.
dalam gores luka ku tetap mencoba berdiri.
meskipun langkahku tertatih
biarkan semua rasa ini ku simpan rapat dalam catatan usangku..

biarkan ku membisu.
mengobati perih luka yang merejam
meremuk hingga meluluntahkan semua angan dan tiang yang pernah ku bangun.
duhai hati, dengarlah ratapku..
laraku semakin nyilu....
isak tangispun tak terbendung..

ketika janji nan suci ternodai.
bahkan terlupakan di makan sang waktu..
terkubur dalam-dalam.
hingga menyisahkan goresan yang terobati..

biarkan semua menjadi catatan usangku..
yang tersimpan rapat dalam masa lalu

Jumat, Juli 22, 2011

KULUKIS WAJAHMU DENGAN KATA-KATA

Cerpen Agus Pribadi*

Ku ambil kertas. Kuambil kata-kata. Kumulai melukis wajahmu.
Menawannya rembulan belum mampu mengalahkan keindahan kasihmu. Kokohnya batu karang belum mampu menandingi ketegaranmu. Indahnya segala kenangan manusia di muka bumi belum mampu menghapus ingatanku padamu.
Seperti kopi pahit dengan sedikit gula. Lebih terasa pahitnya. Hanya sedikit rasa manisnya. Kita pernah meneguk bersama kehidupan ini. Kehidupan dalam segelas kopi. Kita telah berulangkali meminumnya. Bahkan kita tuang lagi air panas ke dalamnya tatkala tersisa ampasnya.
Engkau pasti masih ingat tentang singkong yang kau temukan di sungai belakang rumah. Kemudian kau kupas kulitnya untuk direbus sebagai pengganjal perut kita. Karena tak ada beras untuk dimasak. Tak ada uang untuk membeli sayuran.
“Ibu menemukan beberapa singkong ini di sungai belakang rumah. Kondisinya masih baik. Bisa untuk mengganjal perut kita, Nak,” katamu padaku dan anakmu yang lainnya.
Engkau juga tak mungkin lupa pada rengekan kami waktu itu. Sehari menjelang lebaran, kami minta baju baru. Sedangkan hanya ada sedikit uang untuk membeli sekilo beras dan seikat kangkung.
“Bu, aku minta baju baru!” rengekku ketika itu.
“Iya Bu, aku juga!” pinta anakmu yang lainnya.
“Sabar ya Nak, Ibu belum punya uang, baju yang sudah ada kan masih bagus-bagus, nanti kalau Ibu sudah punya uang pasti ibu belikan baju baru,” ucapmu menghibur anak-anakmu.
Engkau juga tak kan lupa pada beberapa bungkus getuk yang kau beli di pagi hari untuk sarapan pagi. Sebagai pengganjal perut sebelum kami pergi ke sekolah.
Tanpa letih. Engkau setia melindungi kami. Dari segala masalah yang menimpa kami. Tempat bertanya meski bukan sarjana. Mengobati kami meski bukan dokter. Menasihati kami meski bukan psikolog.
“Bu, aku tadi terjatuh, kakiku berdarah,” rengekku.
“Iya, sini diobati,” ucapmu penuh kasih sayang.
“Bu, aku tadi hampir terjatuh waktu sedang olah raga di sekolahan,” kata anakmu yang lainnya.
“Ya, lain kali lebih hati-hati,” jawabmu penuh perhatian.
Semua itu bukan untuk satu atau dua hari, namun bertahun-tahun. Hingga kami besar. Hingga kami menikah. Hingga kami mandiri.
Dengan pakaian kebaya nan cantik kau mendampingiku wisuda. Senyummu menunjukkan kebanggaan ( bukan keangkuhan) atas keberhasilanku mengenyam pendidikan yang baik.
Dengan pakaian kebaya nan cantik juga kau mendampingiku saat prosesi pernikahanku. Pertanda dimulainya perpisahan diantara kita. Aku tinggal bersama istriku di luar kota. Engkau tinggal di rumah kita yag penuh kenangan.
Bulir airmata keharuan tak mampu kau bendung. Saat aku diterima menjadi PNS guru. Mengabdi pada negara. Ikut mencerdaskan anak-anak bangsa.
Tak hanya aku yang kau timang ketika bayi. Anakku pun kau timang sesaat setelah lahir. Kasihmu sungguh sepanjang jalan, kasihku hanya sepanjang galah.
***
Kini, perjumpaan denganmu adalah pengobat rindu. Meski hanya mengobrol sambil meneguk segelas kopi dan menikmati singkong rebus. Kita sering berbincang tentang cerita di masa lalu.
Kadang masih ku temukan gurat kesedihan di wajahmu. Memikirkan anak-anakmu yang lainnya. Yang nasibnya tak selamanya manis semanis gula. Sungguh, kasihmu tak pilih kasih. Sayangmu tak pandang sayang.
Kini, di ujung senja. Kita masih bisa berjumpa. Menikmati segelas kopi dan sepiring singkong rebus. Bercerita apa saja sesuka kita. Aku tak kan pernah bosan mendengarnya. Meski kau ulang-ulang ribuan kali kisah-kisah masa lalumu. Aku akan tetap menjadi pendengar yang terbaik.
Engkau masih suka bercerita tentang masa lalu kita yang menyedihkan. Karena memang masa lalu kita banyak tentang kesedihan. Kepahitan hidup. Kegetiran hidup.
“Kamu masih ingat kan tentang singkong itu?” tanyamu di rumah kenangan.
“Tentu masih Bu. Nggak akan pernah kita lupakan,” jawabku.
***
Kelak, jika engkau meninggalkan kami. Bukan tangis menyayat hati yang kau butuhkan. Bukan jabatan yang kau inginkan. Bukan pula emas berlian yang kau dambakan.
Namun, doa-doa kami. Kelakuan baik kami. Juga amal ibadah kami. Itu semua yang kau butuhkan. Agar kau teduh dan tenang dalam istirahatmu.
Sungguh indah sabda nabi. Surga berada di bawah telapak kakimu. Kelak kami ingin berjumpa denganmu di surga-Nya.
“Kelak kalau Ibu sudah tidak ada, jangan lupa doakan Ibu ya!” pintamu pada anak-anakmu.
“Iya Bu, aku akan selalu mendoakan ibu,” jawabku.
Rampung sudah aku melukis wajahmu. Dengan kata-kata yang aku miliki. Lukisan terindah karya sendiri yang pernah kumiliki. Telah ku pajang di dinding hati.[]

*Agus Pribadi. Kini tinggal di Banyumas.

Kamis, Juli 21, 2011

Rindu

Kala malam ku bercumbu dengan kesunyian
berteman bintang menghiasi cakrawala
berjibaku untuk megurai rindu yang telah lama kristalkan asa
yang telah lama membatu


            Dikala bintang memancarkan cahanya
            kembali tampak senyum indahmu
            menghiasi relung jiwa yang tlah lama menahan rindu
            rindu yang telah lama tertahan di dasar jiwa

anganku terus berlari mengejar senyummu
diam menyeretku, menyadarkanku akan ilusi tentangmu
memaksa sadarku untuk menembus sesuatu yg kuistilahkan kenangan
dalam nyata inginku bertemu.
namun jarak begitu jauh memisahkan, sehingga hanya mampu menyisahkan rindu..rindu… rindu yang tertahan

           

Senin, Juli 18, 2011

Menulis Ala Chicken Soup

Sebelum saya memulai bahasan kali ini, izinkan saya untuk mengutip satu tulisan di sini. Tulisan itu saya ambil dari sini : www.oneminuteonline.wordpress.com.
 “…Seorang pria bernama Jack bermimpi untuk menulis buku. Bukan buku biasa. Sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, pada waktu itu. Buku itu akan berisi kumpulan kisah yang menggugah, ditulis dengan singkat dan padat, namun mengena. Dan yang membuat buku itu istimewa karena semua kisah dalam buku itu didasarkan pada kisah nyata. Jack percaya buku itu akan disukai karena akanmenginspirasi banyak orang yang membacanya. Setelah menemukan hasratnya, ia mulai menulis dengan penuh semangat.
Ketika buku itu telah selesai ditulis, naskah itu pun diajukan ke penerbit. Jack optimis akan mendapat respon positif. Tapi di luar dugaan, penerbit menolaknya. Tapi, masih ada banyak penerbit lain. Jack pun kembali mencoba memasukkan naskahnya ke penerbit lain. Dan ia ditolak lagi. Ia mencoba lagi untuk ke tiga kalinya, dan ditolak lagi. Ia tetap tak kenal menyerah. Ia mencoba lagi dan lagi, dan penolakan demi penolakan terus saja diterimanya. Tak tanggung-tanggung, ia telah mendapatkan penolakan sebanyak 124 kali!
Ya, 124 kali! Bukan jumlah yang sedikit. Bisakah Anda bertahan atas penolakan sebanyak itu? Pada penolakan yang ke berapakah kira-kira Anda akan memutuskan utnuk berhenti dan menyerah? Pada penolakan ke-100 kah? Pada penolakan ke-50 kah? Atau jangan-jangan daya tahan Anda hanya pada penolakan ke-10?
 Seandainya Jack memutuskan untuk menyerah pada penolakan ke-10, ke-50 atau ke-100 atau bahkan ke-124 dunia tidak akan pernah mengenal sebuah buku yang paling menginspirasi orang dari berbagai belahan bumi selama bertahun-tahun. Buku itu kita kenal dengan “Chicken Soup for the Soul”. Pada usahanya yang ke-125 akhirnya sebuah penerbit menerima naskahnya dan menerbitkannya. Dan ternyata buku itu laris manis, dan berhasil masuk dalam 150 top best seller sepanjang 15 tahun.
 Serial Chicken Soup menjadi buku motivasional yang sangat digemari di berbagai belahan bumi. Ada lebih dari 200 judul dari setiap serial buku ini yang telah dibuat oleh Jack Canfield, dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa, dan terjual lebih dari 112 juta copy…..”
Buku-buku seri Chicken Soup mendulang sukses justru karena kekuatan ceritanya. Kekuatan cerita tersebut bukanlah terletak pada tema-tema yang berat, melainkan pada kesederhanaan kisah, kalimat-kalimat yang mengalir runut, menceritakan sebuah kisah sederhana yang pada akhir cerita akan membuat mulut kita ternganga saking takjubnya atau mungkin hanya sekedar menarik nafas panjang dan berpikir, “Wah.. ceritanya gue banget nih…”
Mengapa buku-buku Chicken Soup banyak digemari para pembacanya di seluruh dunia ? selain apa yang telah saya uraikan di atas, satu alasan lain lagi adalah, karena kisah-kisah yang ditampilkan di buku itu singkat, ringan, namun membawa banyak hikmah dan inspirasi bagi siapapun di berbagai belahan dunia ini.
Tulisan ala chicken soup ini masuk dalam genre non fiksi karena isinya adalah kisah-kisah nyata. Berkaitan dengan itu, sebaiknya hal-hal yang mendramatisir kisah kita jangan terlalu berlebihan sebab khawatir nantinya akan  hanya menjadi tulisan fiksi based on true story.
Kita pasti memiliki banyak cerita dalam kehidupan sehari-hari bukan ? ya, tentunya.
Setiap kita tentu punya cerita. Tidak bisa bercerita atau tidak bisa menuliskan cerita bukan berarti kita tidak memiliki cerita. Pada kenyataannya, cerita-cerita yang luar biasa di dunia berasal dari orang-orang yang memutuskan untuk diam dengan berbagai alasan. Namun pada akhirnya, ada banyak cara untuk mengungkapkan cerita itu kepada orang lain. Mungkin dengan jalan curhat kepada sahabat atau keluarga, atau menuliskannya.
Tips Menulis Ala Chicken Soup
·         Pilihlah satu cerita sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari. Satu cerita yang mungkin saja juga dialami oleh banyak orang lain di berbagai belahan dunia. Mungkin nanti cerita itu akan menggugah orang lain, mengingatkan orang lain, membawa hikmah atau sekedar hiburan bacaan ringan.
·         Tidak banyak yang harus kita tulis. Hanya satu kejadian kecil. Kisah yang sangat spesifik. Mungkin orang lain juga mengalami kisah tersebut. Tapi kita menuliskannya dengan perspektif berbeda berdasarkan pengalaman pribadi yang tentunya akan menghasilkan akhir cerita yang berbeda dengan orang lain.
Menulis ala chicken soup butuh ‘FOKUS’. Gimana caranya bisa fokus? Kadang-kadang suka ngalor-ngidul nih tulisannya saat ide dituangkan ! Nah, cara yang mungkin bisa membantu adalah saat kita telah memilih sebuah kisah, gali memori kita dalam-dalam tentang kisah tersebut. Lalu, ambillah poin penting dari kisah tersebut agar tidak melebar kemana-mana.
Intinya, pikirkan satu cerita kecil dalam periode kehidupan kita yang sesuai dengan tema tulisan yang akan kita buat. Galilah cerita tersebut secara mendalam, dan temukan hikmah apa yang bisa kita bagikan kepada orang lain dari cerita tersebut. Mungkin cerita tersebut bukan kisah yang luar biasa, bukan pula kisah yang mampu menggetarkan banyak hati. Tapi setidaknya, cerita itu membawa dampak dalam kehidupan kita di kemudian hari.
Ingat ! Kekuatan cerita akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca. Tapi, alangkah lebih bagus bila kekuatan cerita itu dipadukan dengan gaya penceritaan yang membuat pembaca makin terkesima dengan tulisan kita. “wooow !”

Cara Menulis ala Chicken Soup.
Misalkan saya akan menulis naskah dengan tema Pacar Pertama.
Saya akan duduk dengan tenang. Saya  ajak pikiran saya kembali ke masa lalu. Siapakah pacar pertama saya ? kapankah kisah cinta pertama saya ? apakah saat di SMP ? SMA ? Kuliah ? owh.. pacar pertama saya adalah si A, misalnya. Kenanglah kembali kisah dengan A itu. Apakah ada satu kejadian yang paling saya ingat dari hubungan saya dengan A tersebut ?

Ya, ada. Tiba-tiba saya ingat bahwa dulu, sekian puluh tahun  yang lalu, A pernah memberikan kejutan yang istimewa untuk saya. Padahal saya tahu, A adalah orang yang paling tidak romantis abad ini. Kejutan istimewa itu telah begitu susah payah dirancang oleh A namun saya tidak menyadarinya dan malah membuatnya kecewa. Pada akhirnya saya menyesal, namun A keburu marah dan memutuskan meninggalkan saya.

Sedih ? memang. Dan itulah yang akan saya tuliskan dalam kisah saya itu. Saya tidak akan menuliskan bagaimana ketika saya pertama kali pacaran di sekolah. Saya tidak akan menjelaskan satu persatu siapa saja pacar-pacar saya dulu sesudah si A itu. Saya juga tidak akan menjelaskan dari A sampai Z bagaimana gaya berpacaran saya dengan si A kala itu.
Yang akan saya tuliskan hanyalah sepotong kisah kecil ketika A berusaha menyenangkan hati saya dengan memberi surprise namun saya malah merusak segalanya. Simple. Sederhana. Namun di akhir cerita saya akan tuliskan betapa sepotong episode itu membawa hikmah yang luar biasa dalam kehidupan saya saat ini. Setidaknya, ketika saya kembali berhubungan dengan orang lain, saya jadi belajar untuk lebih peka dan lebih mengerti pasangan saya tersebut.
Menulis ala chicken soup, biasanya tidak perlu panjang-panjang. Hanya sekitar 3-5 halaman saja dengan aturan standar TNR 12, 1,5 spasi. Tidak perlu menjejali tulisan ibu-ibu dengan data dan fakta yang begitu banyak. Ingat, tulisan ini akan dibaca sebagai teman beristirahat, teman dalam perjalanan, teman saat santai, maka buatlah tulisan yang ringan, mengalir dan manis. Semanis kue J.
Menulis pengalaman nyata, apalagi pribadi terkadang akan menyenggok seseorang. Agar tidak terjerumus pada hal-hal yang berbau ghibah, kita bisa melakukan hal-hal sbb :
·         Tidak menyebutkan nama jelasnya dalam tulisan kita. Cukup dengan sebutan saja, misalnya, “Mantan kekasih”, atau “ibu tiri saya ”.
·         Fokuskan pada bagian hikmah yang terpetik dari kisah tersebut. Ceritakan kisahnya apa adanya dan bahas pendapat kita tentang pengalaman itu.
Contoh seperti di atas :
saya menuliskan ttg masa 20 tahun lalu ketika saya masih berseragam putih biru. saat itu saya dekat dengan seorang teman sekelas, bernama Gie. percakapan2 panjang setiap hari membuat saya dan Gie semakin dekat. tapi sayang, ketika saya mulai merasakan ada perasaan lain di hati, saya baru tau bahwa ternyata Gie itu sudah punya teman dekat lain. Dan gie tetap menganggap saya sbg sahabat baiknya. pada akhirnya, saya mulai belajar menyadari sesuatu bahwa ternyata persahabatan itu bisa jauh lebih indah dibandingkan percintaan. ini terbukti krn ternyata pada akhirnya , ketika saya dan Gie mulai kuliah di tempat yg berbeda, Gie bisa bergonta ganti pacar beberapa kali, tapi tetap saja sahabat baiknya adalah saya.
Sama seperti menuliskan sebuah cerpen atau novel, point of view yang digunakan bisa sebagai orang pertaman, orang kedua dan orang ketiga. Kita bisa menuliskan kisah hidup kita, atau kisah orang2 terdekat kita, dengan Pov Aku atau dia. Berkaitan dengan POV kedua atau ketiga yang menyangkut dengan kisah orang lain, alangkah baiknya bila kita memonta izin dulu pada yang empunya kisah. Ya, hal ini penting untuk menghindari hal-hal yang tidak mengenakkan di kemudian hari loh! Hihihi….. J
Soal ending, alangkah baiknya bila tidak menggantung dan menyisakan pertanyaan yang mendalam di lubuk hati pembaca. Berikanlah sebuah conclusion yang mengandung hikmah baik secara implicit maupun ekspilsit.
Misalnya : saya menulis kisah ttg ketika saya bercerai dengan suami. setelah semua keributan berakhir, saya menangis, dan saat itulah saya sadar, bahwa Tuhan itu luar biasa baik hati. Dia menguji kita dengan cara yang tak terduga dan ketika kita lulus ujian itu, ada banyak kebahagiaan yg menanti untuk dijemput oleh kita. bukankah itu juga hikmah ? bagi diri saya, kisah itu merupakan hikmah. mungkin kelak diantara sekian puluh juta orang ( halah, lebay banget ya..hihihi) yang membaca kisah itu, ada satu yang bilang, "aduuh... ceritanya gue bangeeet !"


“….Pikirkanlah 5 atau 10 tahun dari sekarang, Ketika generasi kesekian membaca kisahmu, dan dia tersenyum karena memiliki pengalaman yang sama denganmu. Atau dia menangis karena bersedih untukmu. Atau dia terobati karena engkau menyuarakannya. Tidak banyak. Hanya kejadian kecil…” (Anonim)
 NB : Tangkap satu cerita kecil dari episode kehidupan kita, dan kembangkan itu menjadi tulisan ringan yang menarik. Karenanya, saya selalu berprinsip dalam hidup, yaitu “perhatikan hal-hal kecil di sekitar kita, dan temukan keajaibannya…”
Akhir kata, tips menulis itu ada 3 yaitu :
1.      Menulis
2.      Menulis
3.      Menulis
So, selamat menulis !!! J
Sumber : notes FB Mba Lygia Pecanduhujan dengan sedikit gubahan
© Copyright 2019 Town Square WR 06 | All Right Reserved