Jumat, Juli 01, 2011

Suntikan Motivasi

Suntikan Motivasi

Curhat tentang menulis.
Assalamu’alaikum tetangga-tetanggaku tercinta…

         
          Aku ingin sedikit berbagi, bagaimana langkahku ketika aku memutuskan untuk menjadi seorang penulis. Bukan maksud hati menyombongkan diri, tolong jangan berpikir seperti itu ya? Karena aku tidak ingin menjadi tetangga durhaka (lho??).

          Dulu kalian memang tidak mengenalku. “Hah? Siapa sih aku ini? Bukan artis juga kali, kenapa harus dikenal coba? Kayaknya nggak penting banget deh buat kenal sama aku,” itulah rentetan pertanyaan yang kuajukan kepada diriku sendiri. Dulu aku memang bukan siapa-siapa, tapi sekarang aku menjadi sebagian dari kalian.
  
          Sekarang biar aku katakan kepada kalian. Aku dulu hanya peri kecil yang belum bisa terbang, tertatih dan berkali-kali jatuh terjerembab. Bahkan hampir saja sayapku benar-benar patah saat aku mengatakan aku menyerah. Kupikir aku tidak akan bisa menjadi seperti peri yang berada dalam dongeng-dongeng yang berhasil mengabulkan segala impian. Kupikir aku sudah kehilangan kandil dalam gelapku. Dan kupikir semuanya hanya sia-sia, usahaku dan kerja kerasku tak berguna. Tapi segala pemikiranku hanya membawaku pada fase keputusasaan yang mendera. Menjurus pada kekalahan mutlak yang terus-menerus menghantui. Sampai akhirnya dia –seseorang yang sangat kukagumi– memberi suntikan semangatnya untukku.

          Selaiknya peri kecil yang belum bisa terbang, pula dengan penaku yang sering kandas tanpa makna. Aku sering dilanda ketidakpercayaan dalam diri, aku selalu berkata pemeran protagonis sedang berjuang dalam yudha dan tinggal menunggu waktu untuk terkena sayatan pedang bermata dua. Selalu begitu… hingga suatu ketika lembar-lembar kisah yang kurunut menemukan noktah cahaya dan selamat dari gelanggang pertarungan.

          Semuanya karena hati, aku menulis karena hati, dengan tulus dari hati. Bukan hanya sekedar ambisi untuk memenangkan sebuah lomba atau menjadi kontributor antologi. Bukan, bukan seperti itu. Aku menulis karena cinta dan dengan begitu tulisanku juga dipenuhi dengan cinta.

          Dulu aku juga selalu minder. “Ah, tulisanku jelek… mana mungkin orang suka?” nah, waktu itu aku mendapat dua peta konsep. Yang pertama, karena tulisanku jelek dan tidak bermutu aku menyerah saja, daripada diketawain orang sekampung mendingan dikubur di tanah pekuburan (emangnya jenazah?? hehe). Yang kedua, karena tulisanku jelek dan tidak bermutu aku harus bisa memperbaikinya, minimal biar tulisanku enak dibaca harus ditata lagi EYD-nya. Setelah itu baru mikirin gimana cara meningkatkan kualitas tulisan. Aku memilih peta konsep yang kedua karena saking cintanya aku kepada tulisan (cielaaaa).

          Aku si peri kecil sudah bisa terbang, walau terkadang tumbang oleh badai. Semuanya butuh proses, tidak ada satu pun yang instan kecuali mie instan. Pemula, newbie… sebutan bagi penulis yang baru belajar. Seperti itulah aku. Masih merangkak step by step. Menikmati setiap terjal jalannya.

          Aku ingin berterimakasih kepada Bang Syaque yang membuat proyek “Andai Aku Miskin”. Tau nggak sih? Itulah kali pertama tulisanku berhasil menjadi kontributor antologi. Karena pada antologi itu setiap naskah yang masuk akan dibukukan, tidak memandang bulu. Mau naskahnya jelek atau bagus tetap dibukukan. Berawal dari situ aku terus merangkak lebih jauh dan satu persatu tulisankuAlhamdulillah telah berhasil menang dari yudha dan menghindari pedang bermata dua. Setelah lebih dari setengah tahun mengembara dan tersesat akhirnya namaku nampang juga di pengumuman-pengumuman itu. Baru saja di bulan April yang lalu.

          Pula ingin berterimakasih kepada Pak Pung Joni Lis Effendi yang memberiku kesempatan untuk bergabung di kampung tercinta kita ini. Karenanya aku bisa mengepakkan sayapku kembali dan mengarungi hydro gumpalan awan yang dulu tak dapat kugapai.

          Pesanku, untuk tetangga-tetangga yang kusayangi… jangan menyerah sebelum berhasil. Pasti suatu saat nanti akan indah pada waktunya (Taellaaah… udah kayak lagu aja yah??).
Sepertinya orasiku cukup panjang ya? Maafkan aku sebelumnya, bukan bermaksud menggurui lho ya. Ini hanya sekedar curhat, jadi ambil sisi positifnya saja ya?? See you later, bye

Wassalamu’alaikum…

Ttd.

El Eyra

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2019 Town Square WR 06 | All Right Reserved